Kamis, 15 Juli 2010

hipertensi dalam kehamilan

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. PENGERTIAN
Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dinantikan oleh setiap wanita yang sudah menikah. Dalam waktu 9 bulan akan dijalani proses kehamilan yang bersejarah bagi masing-masing ibu sampai pada saatnya kelahiran sang buah hati yang sangat dinantikan. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan lancar, terdapat beberapa penyulit yang bisa terjadi pada masa kehamilan ini sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin.
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang sering dijumpai pada wanita hamil, di situ ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan tekanan darah pada pemeriksaan ibu hamil. Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic berada di atas 140/90 mmHg, pengukuran sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan selang waktu pengukuran 4 jam.
Kejadian hipertensi dalan kehamilan cukup tinggi ialah 5-15%, merupakan satu di antara tiga penyebab mortalitas (kematian) dan morbiditas (kejadian) ibu bersalin selain infeksi dan pendarahan. Hal itu dikarenakan angka kejadian yang tinggi dan penyakit ini mengenai semua lapisan masyarakat. Termasuk, beberapa waktu terakhir terjadi pada seorang figur publik yang cukup familiar dan sayang sekali nyawanya tidak dapat tertolong.
Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.


B. PENYEBAB HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penyebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamilberusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
• Parietas
Pre eklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan pertama.
• Faktor gen
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
• Faktor janin
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat



C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI DALAM KEHAMLAN
• systole/diastole yang lebih dari 140/90 mmHg pada wanita yang hamil, yang lebih dari takanan darah ibu biasanya.
• Nyeri kepala, penglihatan kabur, penglihatan ganda
• nyeri di daerah lambung dan mual atau muntah.
• pertambahan berat badan yang berlebihan

D. KOMPLIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi dari yang paling ringan sampai berat, bahkan kematian dan meliputi berbagai organ. Pada penderita penyakit ini dapat terjadi hipovolemia yaitu kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal, gangguan hematologis, gangguan hati, gangguan neurologis, dan gangguan penglihatan.
Juga terjadi gangguan kardiovaskular, gangguan pernafasan dan yang paling berat yaitu sindroma HELLP (Hemolisis, Elevated Liver enzyme, Low Platelet count), serta disertai gangguan pada janin mulai dari fetal distress, terhambat pertumbuhan, prematuritas, hingga kematian dalam rahim.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali secara lebih mendalam mengenai penyakit ini. Terdapat banyak teori yang menjelaskan kejadian penyakit ini dan hingga kini semua masih dipercaya sebagai patofisiologi penyakit ini, antara lain teori kelainan pembuluh darah plasenta, teori imunologis, teori defisiensi gizi, teori defisiensi genetik, teori inflamasi, dan teori radikal bebas dan disfungsi endotel pembuluh darah.
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu terminologi luas dan terdapat pembagian di dalamnya, antara lain hipertensi gestasional (hipertensi yang timbul pada kehamilan dan menghilang setelah 12 minggu pascapersalinan), hipertensi kronis (kehamilan yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan menetap 12 minggu pascapersalinan).
Hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak system vascularasi darah,sehingga mengganggu pertukaran okseigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.Ironisnya pula hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
Selain itu,hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum lahir. Padahal,air seni janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion, shingga dapat terjadi oligohydromnion (sedikitnya jumlah air ketuban).
Meskipun sebab utama dari belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap “Reaksi penolakan imunologik” dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamiL.
Jika didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental. Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air seni),menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema.
Pada prinsipnya penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental,mengobati hipertensi dan melahirkan janin dengan baik. Dalam persalinan sangat penting untuk mengontrol tekanan darah, monitoring keseimbangan cairan dan keluarnya air seni,”

E. PENCEGAHAN HIPERTENSI SELAMA KEHAMILAN
Tekanan darah tinggi menjadi mencemaskan terutama jika anda hamil, meskipun demikian anda dapat menghindari potensi terjadinya bahaya komplikasi karena masalah ini. Apabila anda berpikir tentang mempunyai seorang bayi dan anda mempunyai tekanan darah tinggi, bicarakan lebih dulu hal ini dengan dokter atau perawat. Lakukan langkah-langkah guna mengontrol tekanan darah tinggi anda sebelum dan selama kehamilan-dan dapatkan perawatan prenatal secara rutin dan teratur. Hal ini akan sangat menguntungkan dalam menjamin kesehatan bayi dan anda sendiri selama kehamilan.



Beberapa hal yang bisa anda lakukan sebelum hamil:
1. Pastikan tekanan darah anda berada dibawah kontrol (tetap dalam ukuran normal). Perubahan-perubahan gaya hidup seperti membatasi intake garam, melakukan aktifitas fisik secara teratur, dan juga menurunkan berat badan apabila anda overweight (kelebihan berat badan) bisa sangat membantu.
2. Diskusikan dan konsultasikan dengan dokter bagaimana hipertensi bisa berpengaruh pada bayi dan anda sendiri selama kehamilan, dan apa saja yang dapat anda lakukan untuk mencegah atau mengurangi masalah tersebut.
3. Apabila anda saat ini minum obat-obat untuk tekanan darah anda, tanyakan pada dokter apakah sebaiknya perlu merubah jumlah yang anda minum atau menghentikannya selama kehamilan. Saat ini para ahli menyarankan untuk menghindari obat angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors and Angiotensin II (AII) receptor antagonists selama kehamilan, obat-obat jenis lain untuk tekanan darah mungkin tidak menjadi masalah dan “ok” untuk anda gunakan. Jangan menghentikan atau merubah obat-obat yang anda minum kecuali atas anjuran atau advice dokter.
Beberapa hal yang bisa anda kerjakan ketika anda hamil:
1. Dapatkan perawatan medis prenatal (regular prenatal medical care) dengan layak dan teratur.
2. Lakukan olahraga selama kehamilan.
3. Hindari penggunaan alkohol dan produk tobacco (tembakau).
4. Konsultasikan dengan dokter mengenai apapun obat-obat yang dijual bebas di apotek yang anda minum atau anda berpikir ingin menggunakannya.

F. PENATALAKSANAAN DAN PENANGGULAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Setelah mengenal lebih jauh mengenai definisi dan pembagiannya, selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pengobatannya sendiri. Pengobatan ini meliputi terapi primer yaitu pencegahan yang sebenarnya tidak dapat mencegah penyakit ini sepenuhnya, namun dengan diet yang benar (tinggi protein, rendah lemak, kaborhidrat dan garam, konsumsi antioksidan/buah-buahan) dan istirahat yang baik serta pengawasan yang rutin pada kehamilan diharapkan dapat menurunkan insidens penyakit ini.
Apabila penyakit ini telah ditemukan, maka terapi yang diberikan bertujuan untuk mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia dengan menggunakan obat-obatan maupun perubahan pola hidup (diet, merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang), serta melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Jika penyakit ini sudah ditemukan, maka tujuan utama adalah mencegah kejang, mencegah kerusakan organ lebih lanjut, dan melahirkan bayi sehat.
Mengenai sikap terhadap kehamilan jika penyakit masih pada stadium ringan, maka dapat ditunggu (ekspetatif) hingga usia kehamilan mencukupi. Apabila penyakit berada pada stadium berat, maka sikap pada kehamilan dapat konservatif maupun aktif tergantung ada tidak penyulit. Jika terdapat penyulit, maka sikap aktif diambil dengan terminasi kehamilan. Tentu semua itu dilakukan di pusat-pusat kesehatan ibu dan anak yang memadai serta kerja sama tim yang baik.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu masalah kesehatan yang harus kita hadapi bersama-sama, tidak hanya oleh salah satu pihak saja misalnya tenaga kesehatan saja. Semuanya harus berperan, dimulai dari pasien, keluarga, suami, orangtua pasien, bahwa penyakit ini adalah penyakit yang serius dan harus ditangani dengan baik agar kehamilan dapat berjalan dengan baik dengan ibu selamat dan janin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar