Kamis, 15 Juli 2010

hipertensi dalam kehamilan

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. PENGERTIAN
Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dinantikan oleh setiap wanita yang sudah menikah. Dalam waktu 9 bulan akan dijalani proses kehamilan yang bersejarah bagi masing-masing ibu sampai pada saatnya kelahiran sang buah hati yang sangat dinantikan. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan lancar, terdapat beberapa penyulit yang bisa terjadi pada masa kehamilan ini sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin.
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang sering dijumpai pada wanita hamil, di situ ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan tekanan darah pada pemeriksaan ibu hamil. Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic berada di atas 140/90 mmHg, pengukuran sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan selang waktu pengukuran 4 jam.
Kejadian hipertensi dalan kehamilan cukup tinggi ialah 5-15%, merupakan satu di antara tiga penyebab mortalitas (kematian) dan morbiditas (kejadian) ibu bersalin selain infeksi dan pendarahan. Hal itu dikarenakan angka kejadian yang tinggi dan penyakit ini mengenai semua lapisan masyarakat. Termasuk, beberapa waktu terakhir terjadi pada seorang figur publik yang cukup familiar dan sayang sekali nyawanya tidak dapat tertolong.
Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.


B. PENYEBAB HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penyebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamilberusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
• Parietas
Pre eklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan pertama.
• Faktor gen
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
• Faktor janin
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat



C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI DALAM KEHAMLAN
• systole/diastole yang lebih dari 140/90 mmHg pada wanita yang hamil, yang lebih dari takanan darah ibu biasanya.
• Nyeri kepala, penglihatan kabur, penglihatan ganda
• nyeri di daerah lambung dan mual atau muntah.
• pertambahan berat badan yang berlebihan

D. KOMPLIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi dari yang paling ringan sampai berat, bahkan kematian dan meliputi berbagai organ. Pada penderita penyakit ini dapat terjadi hipovolemia yaitu kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal, gangguan hematologis, gangguan hati, gangguan neurologis, dan gangguan penglihatan.
Juga terjadi gangguan kardiovaskular, gangguan pernafasan dan yang paling berat yaitu sindroma HELLP (Hemolisis, Elevated Liver enzyme, Low Platelet count), serta disertai gangguan pada janin mulai dari fetal distress, terhambat pertumbuhan, prematuritas, hingga kematian dalam rahim.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali secara lebih mendalam mengenai penyakit ini. Terdapat banyak teori yang menjelaskan kejadian penyakit ini dan hingga kini semua masih dipercaya sebagai patofisiologi penyakit ini, antara lain teori kelainan pembuluh darah plasenta, teori imunologis, teori defisiensi gizi, teori defisiensi genetik, teori inflamasi, dan teori radikal bebas dan disfungsi endotel pembuluh darah.
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu terminologi luas dan terdapat pembagian di dalamnya, antara lain hipertensi gestasional (hipertensi yang timbul pada kehamilan dan menghilang setelah 12 minggu pascapersalinan), hipertensi kronis (kehamilan yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan menetap 12 minggu pascapersalinan).
Hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak system vascularasi darah,sehingga mengganggu pertukaran okseigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.Ironisnya pula hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
Selain itu,hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum lahir. Padahal,air seni janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion, shingga dapat terjadi oligohydromnion (sedikitnya jumlah air ketuban).
Meskipun sebab utama dari belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap “Reaksi penolakan imunologik” dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamiL.
Jika didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental. Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air seni),menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema.
Pada prinsipnya penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental,mengobati hipertensi dan melahirkan janin dengan baik. Dalam persalinan sangat penting untuk mengontrol tekanan darah, monitoring keseimbangan cairan dan keluarnya air seni,”

E. PENCEGAHAN HIPERTENSI SELAMA KEHAMILAN
Tekanan darah tinggi menjadi mencemaskan terutama jika anda hamil, meskipun demikian anda dapat menghindari potensi terjadinya bahaya komplikasi karena masalah ini. Apabila anda berpikir tentang mempunyai seorang bayi dan anda mempunyai tekanan darah tinggi, bicarakan lebih dulu hal ini dengan dokter atau perawat. Lakukan langkah-langkah guna mengontrol tekanan darah tinggi anda sebelum dan selama kehamilan-dan dapatkan perawatan prenatal secara rutin dan teratur. Hal ini akan sangat menguntungkan dalam menjamin kesehatan bayi dan anda sendiri selama kehamilan.



Beberapa hal yang bisa anda lakukan sebelum hamil:
1. Pastikan tekanan darah anda berada dibawah kontrol (tetap dalam ukuran normal). Perubahan-perubahan gaya hidup seperti membatasi intake garam, melakukan aktifitas fisik secara teratur, dan juga menurunkan berat badan apabila anda overweight (kelebihan berat badan) bisa sangat membantu.
2. Diskusikan dan konsultasikan dengan dokter bagaimana hipertensi bisa berpengaruh pada bayi dan anda sendiri selama kehamilan, dan apa saja yang dapat anda lakukan untuk mencegah atau mengurangi masalah tersebut.
3. Apabila anda saat ini minum obat-obat untuk tekanan darah anda, tanyakan pada dokter apakah sebaiknya perlu merubah jumlah yang anda minum atau menghentikannya selama kehamilan. Saat ini para ahli menyarankan untuk menghindari obat angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors and Angiotensin II (AII) receptor antagonists selama kehamilan, obat-obat jenis lain untuk tekanan darah mungkin tidak menjadi masalah dan “ok” untuk anda gunakan. Jangan menghentikan atau merubah obat-obat yang anda minum kecuali atas anjuran atau advice dokter.
Beberapa hal yang bisa anda kerjakan ketika anda hamil:
1. Dapatkan perawatan medis prenatal (regular prenatal medical care) dengan layak dan teratur.
2. Lakukan olahraga selama kehamilan.
3. Hindari penggunaan alkohol dan produk tobacco (tembakau).
4. Konsultasikan dengan dokter mengenai apapun obat-obat yang dijual bebas di apotek yang anda minum atau anda berpikir ingin menggunakannya.

F. PENATALAKSANAAN DAN PENANGGULAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Setelah mengenal lebih jauh mengenai definisi dan pembagiannya, selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pengobatannya sendiri. Pengobatan ini meliputi terapi primer yaitu pencegahan yang sebenarnya tidak dapat mencegah penyakit ini sepenuhnya, namun dengan diet yang benar (tinggi protein, rendah lemak, kaborhidrat dan garam, konsumsi antioksidan/buah-buahan) dan istirahat yang baik serta pengawasan yang rutin pada kehamilan diharapkan dapat menurunkan insidens penyakit ini.
Apabila penyakit ini telah ditemukan, maka terapi yang diberikan bertujuan untuk mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia dengan menggunakan obat-obatan maupun perubahan pola hidup (diet, merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang), serta melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Jika penyakit ini sudah ditemukan, maka tujuan utama adalah mencegah kejang, mencegah kerusakan organ lebih lanjut, dan melahirkan bayi sehat.
Mengenai sikap terhadap kehamilan jika penyakit masih pada stadium ringan, maka dapat ditunggu (ekspetatif) hingga usia kehamilan mencukupi. Apabila penyakit berada pada stadium berat, maka sikap pada kehamilan dapat konservatif maupun aktif tergantung ada tidak penyulit. Jika terdapat penyulit, maka sikap aktif diambil dengan terminasi kehamilan. Tentu semua itu dilakukan di pusat-pusat kesehatan ibu dan anak yang memadai serta kerja sama tim yang baik.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu masalah kesehatan yang harus kita hadapi bersama-sama, tidak hanya oleh salah satu pihak saja misalnya tenaga kesehatan saja. Semuanya harus berperan, dimulai dari pasien, keluarga, suami, orangtua pasien, bahwa penyakit ini adalah penyakit yang serius dan harus ditangani dengan baik agar kehamilan dapat berjalan dengan baik dengan ibu selamat dan janin.

Jumat, 02 Juli 2010

metode penelitian kebidanan

METODE PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIAN ATAU DESAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian ditetapkan dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memilih rancangan penelitian. Secara garis besar rancangan penelitian dapat dibedakan berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.

Metode kualitatif
Metode kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Penelitian kualitatif mempunyai ciri – cirri antara lain :
Instrument penelitian adalah penelitian sendiri dengan beberapa alat pengumpulan data sehingga penelitian memerlukan waktu yang banyak sekali
Data yang dikumpulkan bukan berupa angka tetapi dapat berbentuk kata – kata, narasi atau gambar
Cendrung bersifat induktif oleh karena itu tidak memerlukan hipotesis.


Metode secara kualitatif ada dua, yaitu :
Fenomenologik
Metode ini bersifat induktif, deskriptif, dikembangkan dari sebuah femomena. Bertujuan untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan, missal gambaran pengalaman seorang tentan rasa nyeri dalam kehidupannya.
Historis
Adalah sebuah metode penelitian kualitatif yang di deskriptifkan berupa narasi dan dianalisis berdasarkan kejadian masa lalu. Data diambil dari catatan, dokumen, laporan dan benda – benda sejarah.

Sistematika Penelitian Kualitatif
Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Konteks Penelitian
Fokus Kajian Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Pendekatan
Batasan Istilah
Unit Analisis
Deskripsi Setting Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Keabsahan data
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran

unsur yang ada dalam penelitian kualitatif
Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian.
Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.
Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian.
Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.
Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

Metode Pengumpulan Data kualitatif
Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

Teknik Analisis penelitian kualitatif
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:
Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan
Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode
Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.
Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan
Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.
Grounded theory
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
Mengorganisir data
Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.
Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
Mengorganisir file.
Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
Menginterpretasi penemuan.
Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.


Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
Mengorganisir informasi.
Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
Menyajikan secara naratif.

Keabsahan Data penelitian kualitatif
Beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:
Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
Reliabilitas penelitian kualitatif
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)

Penelitian kuantitatif
Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deduktif, logic, empiris, dan dapat diukur. Metode ini juga bersifat formal, objektif, sistematik, dan menggunakan data numeric untuk mendapatkan informasi berupa data. Metode penelitian kuantitatif terdiri dari :


Deskriptif
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sejumlah karateristik masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif berguna untuk mendapatkan makna baru, menggambarkan kategori suatu masalah, menjelaskan frekuensi suatu kejadian dari sebuah femomena.
Contoh :
tinjauan terhadap pelaksanaan penyuluhan program imunisasi oleh kader kesehatan di posyandu mawar kecamatan panjang Bandar lampung tahun 2001
perawatan tali pusat bayi baru lahir di ruang neonatus RSUD abdul molek Bandar lampung tahun 2008.
Penelitian deskriptif dapat berbentuk survey dan case study
survey
kelebihannya :
melibatkan sejumlah orang yang cukup besar sehingga generalisasi dapat dibuat dan dipertanggung jawabkan
dapat menggunakan banyak pilihan alat pengumpul data seperti kuisoner, wawancara dan observasi
sering muncul ,masalah yang tidak diduga sehingga dapat sekaligus melakukan eksplorasi
dapat membenarkan atau menolak teori tertentu
biaya dan teknik yang mudah dan biaya yang murah seperti penggunaan jasa pos.
kekurangannya :
penelitian tidak mendalam
responden penelitian dapat berubah rubah sesuai dengan situasi saat ini
tidak ada jaminan semua populasi menjadi responden.
Case study
Kelebihannya :
Diperoleh seluruh aspek responden
Aspek yang diteliti lebih spesifik
Dapat menggunakan semua cara pengumpulan data
Biaya lebih murah karena spesifikasi aspek yang diteliti
Kekurangannya
Generalisasi sulit dilakukan dan dipertanggungjawabkan karena kecilnya sample
Waktu lebih lama karena banyak menggunakan metode pengumpulan data.
Korelasi
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau lebih variable penelitian. Dengan diketahuinya hubungan variable peneliti dapat menarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, apakah ada hubungan atau tidak. Obyek penelitian dapat dibagi dalam dua jenis desain yaitu :
Desain korelasi deskriptif
Bertujuan untuk mengetahui hubungan yang terjadi pada sebuah fenomena, penggunaannya untuk mengidentifikasi hubungan yang terjadi sesaat, tanpa perlu kelompok control atau uji coba.
Ex : factor – factor yang berhubungan dengan tingginya drop out
imunisasi DPT bayi di desa kayu aro.







Desain korelasi prediktif
Digunakan bila penelitian yang akan dilakukan bertujuan ingin mengetahuan fenomena hubungan sebab akibat. Korelasi prediktif dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
Variable independent (bebas)
Yaitu variabel yang menjadi sebab atau timbulnya variable dependent.
Variable dependent (terikat)
Yaitu variabel yangdi pengaruhi atau variable akibat karena adanya variable independent.
Contoh : analisis hubungan antara besar gaji dan motivasi kerja bidan di RS bunda.




Komparasi
Untuk mencari perbandingan antara dua sampel atau dua uji coba pada objek penelitian, ada dua sampel atau dua uji coba pada objek penelitian yaitu :
Desain kohort
Disebut juga desain proyektif karena data yang dikumpulkan bersifat longitudinal. Penelitian ini digunakan untuk mencari perbedaan antara dua kelompok yang memiliki factor yang berbeda seperti kelompok bumil yang merokok dan tidak merokok.
Pertama diteliti dua kelompok sampel dan diikuti sampai dengan waktu yang ditentukan kemudian diteliti kondisi sampel tersebut untuk melihat adakah perbedaan pada kedua sampel tersebut.
Contoh : perbedaan ibu hamil yang merokok dengan tidak yang merokok


Dioservasi selama I tahun
kohort

Desain case control
Disebut juga penelitian retrospektif, kebalikan dari desain kohort. Penelitian sampel dilakukan terlebih dahulu untuk kemudian ditelusuri factor resiko atau penyebab yang terjadi di masa lalu
Contoh :
penelitian tentang factor resiko ibu hamil perokok terhadap kejadian BBLR
Factor resiko kondisi saat ini




restropektif

Kuasi eksperimen
Metode penelitian kuasi eksperimen (pra eksperimen) bertujuan untuk menjelaskan atau mengklasifikasikan terjadinya sebuah hubungan dan menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga dapat dijadukan sebagai dasar memprediksi sebuah fenomena.
Desain kuasi eksperimen terdiri dari :
Desain satu kelompok post tes
Disebut juga desain one shot case study yaitusebuah perlakuan atau uji coba dilakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok control, selanjutnya kelompok tersebut dinilai atau diukur.
Contoh :
Efek penggunaan komunikasi terapeutik pada tingkat kepuasaan pasien dalam pelayanan kebidanan




Desain satu kelompok pre- post tes
Sebelum uji coba dilakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok control, dilakukan lebih dulu penilaian atau pengukuran pada kelompok tersebut. Selanjutnya dilakukan uji coba kelompok dan setelah uji coba kelompok tersebut dinilai kembali.
Contoh :
Perbedaan tingkat kepuasaan pasien pada pelayanan kebidanan sebelum dan sesudah dilakukan komunikasi terapeutik



The static group comparasion
Dirancang untuk meneliti pengaruh dari sebuah uji coba terhadap sekelompok obyek penelitian dengan membandingkannya pada kelompok control
Contoh :
Pengaruh kaegel exercise pada pasien incotenensia urine






Eksperimen
Penelitian ini bersifat objektif, sistematis dan terkontrol dengan tujuan untuk memprediksi sebuah fenomena atau menguji sebuah penyebab. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok yang dikontrol atau yang diberi tindakan dan kelompok kontrolyang tidak diberi tindakan. Design eksperimen terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:
Postes dengan pemilihan
Design ini tidak mengukur kelompok sebelum melakukan uji coba baik pada kelompok uji maupun kelompok control.
Contoh :
Pemberian tablet Fe pada pasien primigravida di Puskesma metro.







Pre-postes dengan pemilihan
Hampir sama dengan desain postes dengan pemilihan perbedaannya terletak pada pengukuran, dimana sebelum uji coba kelompok uji dan control di ukur atau dinilai dahulu.
Contoh :
Pengaruh pemberian ti ndakan inhalasi terhadap kondisi dyspnea pada pasien eklampsi di RS Bandar Lampung.



Kelompok uji diacak




Kelompok kontrol diacak

Desain Solomon
Desain yang merupakan gabungan dari desain pre-postes dengan pemilihan dan desain postes dengan pemilihan. Desain ini terdiri dari 4 kelompok, 2 kelompok sebagai kelompok uji dan 2 kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol.

RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
Rancangan – rancangan pra-eksperimen (pre-experiment designs)
Postes only design
Dalam rancangan ini intervensi telah dilakukan(X), kemudian dilakuan observasi atau postes (o2) dalam digambarkan:
Eksperimen postes
X
02
Keuntungannya doat digunakan untuk menjajaki masalah yang diteliti.
Rancangan “one group pretest-postest”
Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding bentuk rancangannya adalah:
Pretes Perlakuan postes
01 x 02
Kelemahannya adalah tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependent karena intervensi atau perilaku.
perbandingan kelompok statis (statik grup komparison)
Pada rancangan ini ditambah kelompok kontrol atau pembanding. Rancangan ini diilustrasikan:
Perlakuan postes
X 02
02
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol

Rancangan-rancangan eksperimen sungguhan (true experiment designs)
Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompok Kontrol (Pretes-Postes with Control Group)
Dalam rancangan ini di lakukan randomisasi artinya dilakukan pengelompokkan anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random. Kemudian pretes(01) pada kedua kelompok dan dilakukan intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Selang beberapa waktu dilakukan postes (02) pada kedua kelompok. Bentuk rancangannya:
Pretes Perlakuan Postes
01 X 02
01 X 02
R (Kel.Eksperimen)
R (Kel,Kontrol)

Dengan randominasi R, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intervensi.
Rancangan “Randomized Salomon Four Group”
Rancangan ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validasi yang ada pada rancangan randomized control group pretes-postes. Bentuk rancangannya adalah:
Pretes perlakuan postes
01 X 02
01 02
X 02
02
R(kel.eksperimen)
R(kel.kontrol)
R(kel. Kontrol)
R(kel. Kontrol)





Rancangan Postes dengan Kelompok Kontrol (Postes Only Control group design)
Rancangan ini tidak diadakan pretes, bentuk rancangannya adalah:
Perlakuan postes
X 02
02
R(Kel.eksperimen)
R(Kel.kontrol)

Rancangan-rancangan eksperimen semu (quasi experiment designs)
Rancangan Rangkaian Waktu (Times Series Design)
Rancangan ini seperti rancangan pretes-postes, mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi yang berulang – ulang sebelum sebelum da n sesudah perlakuan.
Bentuk rancangannya adalah :
pretes perlakuan postes
01 02 03 04 X 05 06 07 08

Rancangan Rangkaian Waktu Dengan Kelompok Pembanding (kontrol times series design)
Adalah Rancangan rangkaian waktu, hanya dengan menggunakan kelompok pembanding (control). Bentuk rancangannya adalah :
Pretes perlakuan postes
01 02 03 04 X 05 06 07 08
01 02 03 04 X 05 06 07 08
Kel. Eksperimen
Kel. kontrol
Rancangan”Non Equivalent Control Group”
Biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program di suatu kontrolyang serupa tetapi tidak perlu kelompok yang benar benar sama. Bentuk rancangannya adalah :


Postes perlakuan pretes
kel.eksperimen 01 X 02
Kel. kontrol 01 02

Rancangan “ Separet Sample Pretes
Digunakan untuk evaluasi program pendidikan atau kesehatan, pengelompokkan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara random atau acak
Rancangan “ separate sample pretest – posttest “
Pengukuran pertama atau pre test dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara acak dari populasi tertentu, kemudian dilakukan intervensi pada seluruh populasi tersebut.

POPULASI DAN SAMPEL
Pengertian Populasi Dan Sampel
Keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti tersebut adalah populasi penelitian atau universe. Sedangkan sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi ini di sebut sampel penelitian. (Notoatmodjo,2005)
Populasi adalah kumpulan semua individu atau obyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan dihitung atau diukur dalam penelitian. Sedangkan Sampel adalah perwakilan dari populasi dengan karakteristik tertentu, yang dapat mewakili keadaan populasi yang sebenarnya.

Penentuan Besarnya Sampel (Sample Size)
Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung kepada dua hal, yaitu:
Adanya sumber yang dapat digunakan untuk menetapkan batas maksimal dari besarnya sampel.
Kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel.
Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang di butuhkan bagi ketepatan (accurancy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-proporsi, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang antara lain sebagai berikut:
Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang akan di ukur dalam penelitian.
Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian tersebut, atau berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari proporsi sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan derajat ketepatan yang tinggi diambil angka 0,01, maka jumlah sampel akan lebih besar daripada memilih ketepatan 0,05.
Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang akan digunakan, agar estimasi sampel akurat. Pada umumnya digunakan 91% atau 95% derajat kemaknaan (confidence level).
Berapa jumlah populasi yang harus diwakili oleh sampel tersebut. Apabila besar populasi > 10.000, maka ketepatan besarnya sampel tidak begitu penting. Tetapi bila populasi < 10.000, ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan. Jumlah/besar sampel yang diinginkan bila populasi > 10.000 menggunakan rumus :
d=Z√(pxq/n) √((N-n )/(N-1))

Keterangan :
d = tingkat penyimpangan yang diinginkan 0,05 atau 0,01
Z = standar deviasi normal pada derajat kepercayaan 95% adalah 1,95
P = proporsi sifat populasi misalnya prevalensi. Bila tidak diketahui
Gunakan 0,5 (50%)
q = 1 – p
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel

Jumlah sampel untuk populasi yang < 10.000 menggunakan rumus :

n=N/(1-N(d^2))

Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat penyimpangan yang diinginkan

Teknik Sampling
Pada umumnya hanya ada 2 jenis sampel, yaitu sampel-sampel probabilitas (probability samples) atau sering disebut random sample (sampel acak) dan sampel-sampel non probabilitas (non probability samples). Tiap-tiap jenis sampel ini terdiri dari bermacam pula.
Random Sampling
Teknik random sampling hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi mempunyai setiap kesempatan untuk diambil sebagai sampel.
Teknik ini dapat dibedakan menjadi :
Pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling)
Teknik ini dibedakan menjadi 2 cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian, dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number).
Pengambilan sampel secara acak sistematis (sistematic sampling)
Merupakan modifikasi dari sampel random sampling caranya dengan membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasilnya adalah interval sampel.
Pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified sampling atau stratified random sampling)
Dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata.
Langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified adalah:
Menentukan populasi penelitian.
Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang menjadi anggota populasi.
Mengelompokkan unit anggota populasi yang mempunyai karakteristik umum yang sama dalam satu kelompok misalnya, berdasarkan tingkat pendidikan.
Mengambil dari setiap strata sebagian unit yang menjadi anggotanya untuk mewakili strata yang bersangkutan.
Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan dengan cara random atau non random.
Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan berdasarkan perimbangan.
Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster sampling)
Gugus yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit geografis dan organisasi. Peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada dalam populasi.
Pengambilan sampel secara gugus bertahap (multi stage sampling)
Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah populasi ke dalam sub-sub wilayah dan setiap sub wilayah dibagi ke dalam bagian yang lebih kecil. Kemudian menetapkan sebagian wilayah populasi (sub wilayah) sebagai sampel. Dari sub wilayah (sampel) ditetapkan pula bagian-bagian sebagai smpel dan dari bagian-bagian yang kecil tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sebagai sampel.

Non Random (non probability) Sampling
Pengambilan sampel bukan secara acak atau random adalah tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Metode ini mencakup :
Porposive sampling
Pengambilan sampel ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Berdasarkan ciri atau sifat populasi. Pelaksanaannya sebagai berikut : mengindentifikasi karakteristik populasi dengan mengadakan studi pendahuluan atau mempelajari hal yang berhubungan dengan populasi kemudian peneliti menetapkan sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian.
Quota sampling
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara Quotum atau jatah . teknik ini di lakukan dengan cara pertama-tama menetapkan besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan Quotum (jatah). Kemudian quotum (jumlah) itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan.
Accidental sampling
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.

Kriteria Sampel(Inklusi Dan Eksklusi)
Criteria desain sampel yang baik adalah
Sampel yang diperileh merupakan representasi dari populasi penelitian
Ukuran sampel memadai dan mampu mewakili karakteristik populasi penelitian
Prosedur pengambilan sampelyang sederhan, praktis dan mudah dimengerti
Desain sampel yang ekonomis dan praktis
Syarat-syarat sampel yang ideal:
Dapat menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat
Dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan simpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
Sederhana, mudah dilaksanakan
Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah mungkin Kalau syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi, kesimpulan yang digeneralisasikan untuk populasi akan bias(bias conclusion).
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo. Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. PT Asdi Mahasatya : Jakarta
Chandra. Budiman. 2008. Metodologi penelitian kesehatan. EGC : Jakarta
Suyanto. dkk. 2008. Riset kebidanan. Mitra cendikia : Jogjakarta
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Jumat, 25 Juni 2010

pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir dan BALITA

PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR DAN BALITA
A. PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal
• Berat badan 2500 - 4000 gram
• Panjang badan 48 - 52 cm
• Lingkar dada 30 - 38 cm
• Lingkar kepala 33 - 35 cm
• Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
• Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
• Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
• Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
• Kuku agak panjang dan lemas
• Genitalia : Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
• Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
• Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
• Reflek graps atau menggenggan sudah baik
• Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
3. bentuk pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
a. IMD
Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini ( IMD ) akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI.



b. Melakukan penilaian bayi baru lahir
• Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
• Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
• Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
c. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
• Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
• Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
• Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
• Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
• Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
• Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
• Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
• Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.


d. Merawat tali pusat
• Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
• Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
• Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
• Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
• Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
• Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
• Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
e. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
• Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

• Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
• Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
• Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
• Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
• Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
• Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
f. Pencegahan Infeksi
• Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
• Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
• Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
g. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
• Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
• Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
• Pastikan pencahayaan baik
• Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
• Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

h. Imunisasi BCG, hepatitis B dan polio oral

B. PELAYANAN KESEHATAN PADA BALITA
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
• Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
• Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
• Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
• Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
• Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.

3. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
4. manajemen terpadu balita sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
5. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.



Pelayanan imunisasi pada balita dapat disesuaikan dengan jadwal pemberiannya yaitu


6. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
• Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
• Pemberian makanan bayi
• Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
• Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
• peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

Jumat, 18 Juni 2010

tindakan bidan dengan klien retensio plasenta

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.—Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.
Kejadian retensio plasenta mempunyai presentase yang cukup tinggi sebagai factor penyebab kematian ibu, diperlukan penanganan segera agar kejadian retensio plasenta tidak mengakibatkan kematian pada ibu.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas penanganan awal ibu dengan retensio plasenta.


B. Rumusan masalah
• Pengertian retensio plasenta
• Faktor penyebab retensio plasenta
• Pertolongan Pertama oleh Bidan Pada Pasien Retensio Plasenta
• Standar Praktek Bidan Untuk Melakukan Manual Plasenta Dalam Menangani Retensio Plasenta
• Langkah – Langkah Manual Plasenta

C. Tujuan
• Untuk mengetahui Pengertian retensio plasenta
• Untuk mengetahui Faktor penyebab retensio plasenta
• Untuk mengetahui Pertolongan Pertama oleh Bidan Pada Pasien Retensio Plasenta
• Untuk mengetahui Standar Praktek Bidan Untuk Melakukan Manual Plasenta Dalam Menangani Retensio Plasenta
• Untuk mengetahui Langkah – Langkah Manual Plasenta










BAB II
PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWAT DARURATAN DALAM OBSTETRI DENGAN RETENSIO PLASENTA

A. Pengertian Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plesenta hingga 30 menit setelah bayi lahir. Bila plasenta belum Lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.

B. Faktor Penyebab Retensio Plasenta
1. Plasenta belum lepas dari dari dinding rahim karena plasenta tertanam jauh atau penanaman plasenta yang abnormal, seperti :
• Plasenta akreta, penanaman plasenta lebih dalam menerobos desidua sampai berhubungan dengan myometrium.
• Plasenta inkreta, penanaman plasenta sampai ke myometrium.
• Plasenta perkreta, penanaman sampai ke perimetrium
2. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III sehingga menghalangi plasenta keluar, ini yang disebut plasenta inkarserata
3. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks, kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang tetanik dari uterus, serta pembentukan constriction ring.
4. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa, implantasi di cornu dan adanya plasenta akreta.
5. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks berkontraksi dan menahan plasenta serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

C. Pertolongan Pertama oleh Bidan Pada Pasien Retensio Plasenta
1. Sikap umum bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita.
o Apakah anemis
o Bagaimana jumlah perdarahannya
o Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi, dan suhu
o Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.
b. Mengetahui keadaan plasenta.
• Apakah plasenta inkarserata
• Melakukan tes plasenta lepas : metode Kusnert, metode Klein, metode Strassman, metode Manuaba.
c. Memasang infuse dan memberikan cairan pengganti.

2. Sikap khusus bidan.
a. Retensio plasenta dengan perdarahan, Langsung melakukan plasenta manual
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan
• Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infuse dan memberikan cairan. Sebelum dirujuk pasang infuse oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rectal
• Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
• Memberikan transfuse darah jika perlu
• Proteksi dengan antibiotika seperti ampisilin 2g IV/oral + metrodinazol Ig supositoria/oral.
• Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.


3. Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan.
a. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga memperkecil terjadi retensio plasenta.
b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
c. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase dengan mempercepat persalinan plasenta. Masase yang idak tepat waktu dapat mengacaukan konraksi otot rahim dan menggangu pelepasan plasenta.


D. Standar Praktek Bidan Untuk Melakukan Manual Plasenta Dalam Menangani Retensio Plasenta
Bidan dibenarkan untuk melakukan manual plasenta dan menangani retensio plasenta seperti terdapat dalam Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 yaitu :
1. Pasal 16
(1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :

a. penyuluhan dan konseling
b. pemeriksaan fisik
c. pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemi ringan
e. pertolongan persalinan normal
f. pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term
g. pelayanan ibu nifas normal
h. pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan
i. pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
2. Pasal 18
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berwenang untuk :
a. memberikan imunisasi
b. memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas
c. mengeluarkan placenta secara manual
d. bimbingan senam hamil
e. pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f. episiotomi
g. penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II
h. amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm
i. pemberian infuse
j. pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan sedative
k. kompresi bimanual
l. versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m. vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul
n. pengendalian anemia
o. meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu
p. resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
q. penanganan hipotermi
r. pemberian minum dengan sonde/ pipet
s. pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dengan Formulir VI terlampir
t. pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.



E. Langkah – Langkah Manual Plasenta
1. Kaji ulang indikasi
2. Persetujuan medis
3. Pasang infuse
4. Berika sedative dan analgetika, misalnya petidin, diazepam IV
5. Beri antibiotic dosis tunggal ampisilin 2g IV ditambah metrodinazol 500 mg IV atau sefazolin Ig ditambah metrodinazol 500 mg IV
6. Pasang sarung tangan steril
7. Jepit tali pusat dan tegangkan sejajar lantai
8. Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah tali pusat masuk kedalam kavum uteri, sementara itu tangan satu lagi menahan fundus uteri, sekaligus untuk mencegah inversion uteri
9. Dengan bagian lateral jari – jari tangan mencari insersi pinggir plasenta
10. Buka tangan obstetric menjadi seperti member salam, jari – jari dirapatkan
11. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
12. Gerakkan tangan kekiri dan kekanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
13. Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta
14. pindahkan tangan luar ke supra sinfisis saat plasenta dikeluarkan
15. Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus
16. Beri oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau ringer laktat) 60 tetes/menit dan masase uterus untuk merangsang kontraksi
17. Jika darah masih banyak berika ergometrin 0.2 mg
18. Periksa apakah plasenta lengkap, jika tidak lengkap lakukan eksplorasi kedalam kavum uteri





BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plesenta hingga 30 menit setelah bayi lahir. Bila plasenta belum lahir sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Banyak factor penyebab terjadinya retensio plasea danta seperti plasenta yang tertanam jauh kedakam dinding rahim, penanganan kala III yang salah, dll. Dalam menangani retensio plasenta bidan harus mengenali retensio plasenta lebih awal, apakah bisa dilakukan manual plasenta ataukah perlu dirujuk.

B. Saran
Tenaga kesehatan harus bisa memberikan pertolongan awal pada ibu dengan retensio plasenta agar nyawa ibu dapat diselamatkan, terutama bidan sebagai tenaga penolong persalinan.















DAFTAR PUSTAKA


• Prawirohadjo, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
• JNPK – KR. 2008. Asuhan persalinan normal. Jakarta
• IBI. 2006. Bidan Menyonsong Masa Depan.Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
• Manuaba.2007. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta : buku kedokteran EGC
• Kepmenkes Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan.

Rabu, 24 Maret 2010

rahma's blogs: macam macam sistem aplikasi

rahma's blogs: macam macam sistem aplikasi

macam macam sistem aplikasi

MACAM - MACAM SISTEM OPERASI

1. UNIX
Termasuk sistem operasi yang paling awal ada untuk computer, Merupakan induk dari sistem operasi linux. UNIX menggunakan antarmuka sistem operasi POSIX, seperti SCO UNIX, keluarga BSD (Berkeley Software Distribution), GNU/Linux, MacOS/X (berbasis kernel BSD yang dimodifikasi, dan dikenal dengan nama Darwin) dan GNU/Hurd.
2. DOS
Sistem operasi yang merupakan cikal bakal dari Microsoft Windows, ciri khasnya yaitu berupa teks putih dengan latar belakang hitam
3. Novell Operating Sistem
Dibuat oleh Novell Corporation, sistem operasi yang dulu pernah digunakan oleh Fakultas MIPA UGM untuk Entry Key-In KRS mahasiswa.
4. Microsoft Windows
Merupakan sistem operasi yang paling populer. Hampir semua orang pernah memakainya. Beberapa versi Microsoft Windows yang terkenal adalah Microsoft Windows 98, 2000, Me, XP, Vista, dan yang paling terbaru Windows 7.
Operating System windows merupakan trademark dari Microsoft Corporation yang dikepalai oleh William Bill Gates (pemilik). Perusahaan Microsoft memasarkan system operasi windows versi pertama pada tahun 1985. windows sebagai sebuah system operasi sebenarnya belum bekerja sepenuhnya sebagai suatu platform, tetapi masih bekerja di bawah DOS. Ini berarti sebelum windows dioperasikan, system operasi DOS sudah harus digunakan terlebih dahulu yang kemudian windows dipanggil melaui DOS tersebut.
Kemudahan windows dibandingkan denga DOS adalah kemudahannya untuk digunakan (user friendly), karena menggunakan system GUI, multitasking, dan dapat mentransfer informasi diantara apikasi atau dari satu windows ke windows lainnya. Walaupun demikian, windows versi 1.0 tidaklah popular dan kurang diminati karena berbagai alas an sebagai berikut. Yang pertama adalah windows 1.0 beroperasi dengan lambat disebabkan pada waktu itu prosesor yang digunakan kurang mendukung, yaitu Intel 8088 dan 80286 yang kecepatannya relatif masih rendah. Yang kedua adalah masih sedikitnya perangkat lunak yang ditulis untuk system operasi ini.
Seiring perkembangannya, pada tahun 1990 popularitas windows melalui Windows 3.0 meningkat dengan cepat. Keberhasilan windows 3.0 tidak terlepas dari dukungan prosesor Intel 80486 yang sudah cukup cepat di komputer IBM PC/486. Setahun kemudian pada tahun 1991, windows versi 3.1 diluncurkan unutk memperbaiki kesalahan-kesalahan di versi sebelumnya.
Akhirnya pada musim panas tahun 1995, Microsoft mengeluarkan Windows 95 yang memiliki kelebihan dari windows versi 3.x. Windows 95 sudah tidak beroperasi dibawah platform DOS, sehingga operasinya lebih cepatdibandingkan dengan windows versi sebelumnya. Kelebihan lainnya adalah kemempuan PnP (Plug-and-play). Dengan kemampuan ini, jika sebuah alat peripheral ditambahkan di didtem komputernya,alat ini tidak perlu diinstalasi, tetapi cukup dipasang (plug) saja dan siap dimainkan (play).
Kemudian windows mulai diembangkan ke versi-versi berikutnya seperti Windows 98, Windows 2000, Windows XP, dan yang terbaru saat ini adalah Windows Vista.
Walaupun kini Windows Vista telah diluncurkan, namun agaknya para pengguna komputer sulit untuk melepaskan Windows XP. Windows XP sebelumnya dikenal dengan kode sandi "Whistler", yang mulai dikembangkan oleh para pengembang Microsoft pada pertengahan tahun 2000-an. Bersamaan dengan proyek ini, Microsoft juga tengah menggarap proyek Windows generasi baru penerus Windows Me (Millennium Edition) yang dinamakan dengan kode sandi "Windows Neptune" yang diproyeksikan sebagai "Windows NT versi rumahan".
Setelah Windows ME dianggap kurang sukses menyaingi kesuksesan Windows 98, Microsoft pun akhirnya memutuskan untuk mengawinkan dua buah sistem operasi Windows tersebut (sistem operasi berbasis Windows NT dan sistem operasi berbasis Windows 9x) ke dalam sebuah produk. Itulah yang kita kenal sekarang dengan Windows XP.



5. Apple Machintos
System operasi yang unggul dalam hal grafik. Memerlukan hardware khusus sehingga tidak dapat di-install di computer biasa. Versinya antara lain Mac OS X (Tiger), Leopard.

Sabtu, 20 Maret 2010

manajemen fleksus brakhilais

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus adalah adalah bayi dari semenjak lahir hingga usia 28 hari dan pada masa ini terjadi suatu periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin. Bayi baru lahir adalah adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Bayi baru lahir terkadang mengalami trauma pada saat proses persalinannya, trauma pada bayi baru lahir ini disebut juga jejas persalinan. Jejas persalinan pada bayi bervariasi, hal ini tergantung pada faktor penyebabnya.
Salah satu trauma pada bayi baru lahir adalah trauma pada fleksus brakhialis. Banyak factor yang mengakibatkan terjadinya trauma fleksus brakhialis pada bayi baru lahir baik dari ibu maupun dari bayi sendiri. Adanya trauma fleksus brakhialis ini menimbulkan kecemasan pada orangtua bayi, jadi tenaga kesehatan harus mampu mengatasi kecemasan orangtua bayi dan memberikan asuhan yang tepat pada bayi dengan trauma fleksus brakhialis.
Dilatarbelakangi hal tersebutlah maka penulis tertarik untuk melakukan pemantauan dan memberikan asuhan pada bayi dengan fleksus brakhialis dan hasilnya penulis dokumentasikan dalam bentuk manajemen varney.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Selesai melakukan asuhan pada bayi Ny.G dengan trauma pada fleksus brakhialis diharapkan penulis mampu mendeteksi kelainan kelainan atau hal yang patologis yang dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan demikian penulis mampu mengembangkan pengetahuannya bagaimana cara pandang atau pola pikir seorang bidan dalam menangani dan memberikan asuhan pada bayi dengan trauma pada fleksus brakhialis

b. Tujuan khusus
Setelah memberikan asuhan pada bayi Ny.G dengan trauma pada fleksus brakhialis penulis dapat menggunakan manajemen asuhan kebidanan yang berpedoman pada 7 langkah manajemen varney yaitu :
• Dapat melakukan pengumpulan data secara benar, baik data subjektif maupun objektif
• Dapat mengidentifikasi dengan benar diagnosa yang ditegakkan dan masalah yang timbul
• Dapat mengidentifiksi masalah potensial yang mungkin terjadi
• Mampu mengidentifikasi perlu atau tidaknya tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi ataupun rujukan
• Mampu merencanakan asuhan yang rasional yang akan diberikan
• Mampu melaksanakan asuhan yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan klien dan asuhan diberikan secara efisien dan aman
• Mampu melakukan evaluasi dari keefektifan asuhan yang diberikan.

C. Ruang lingkup
Dalam penulisan laporan ini penulis membatasi dalam hal penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan memberikan asuhan pada bayi Ny.G yang berumur 5 hari dengan trauma pada fleksus brakhialis.







BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Trauma Fleksus Brakhialis Pada Bayi
Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi saat proses persalinan atau kelahiran bayi. Trauma fleksus brakhialis pada bayi adalah terjadinya kelumpuhan pada fleksu Brakhalis, Jejas atau trauma pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.
Paralis Pleksus Brakialis terbagi dua yaitu :
a. Paralisis Erb-Duchene
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus brakialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan morro. Lengan pada posisi aduksi dan memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi dan telapak tangan ke arah belakang
Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma. Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.
b. Paralisis Klumpke
Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal. Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom HORNER yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.

B. Etiologi Trauma Fleksus Brakhialis Pada Bayi Baru Lahir
Trauma fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:

1) Faktor bayi sendiri :
- Makrosomia
- Presentasi ganda
- Letak sunsang
- Distosia bahu
- Malpresentasi
- Bayi kurang bulan
2) Faktor ibu :
- ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)
- umur ibu yang sudah tua
- adanya penyulit saat persalinan
3) faktor penolong persalinan
- tarikan yang berlebihan pada kepala dan leher saat menolong kelahiran bahu pada presentasi kepala
- tarikan yang berlebihan pada bahu pada presentasi bokong

C. Tanda Dan Gejala Bayi Dengan Trauma Fleksus Brakhialis
• gangguan motorik pada lengan atas
• paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan bawah
• lengan atas dalam keadaan ekstensi dan abduksi
• jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung
• reflex moro negative
• tangan tidak bisa menggenggam
• reflex meraih dengan tangan tidak ada

D. Penatalaksanaan Bayi Dengan Trauma Pada Fleksus Brakhialis
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan cara :
1) Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
2) Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 900, siku fleksi 900 disertai supine lengan bawah dan pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi
3) Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya dengan cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah kepalanya.
4) Rujuk ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani.

















MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. G HARI KE- 5 DENGAN TRAUMA
PADA FLEKSUS BRAKHIALIS DI BPS KURNIA INDAH ALAHAN PANJANG
KABUPATEN SOLOK TANGGAL 28 JANUARI 2010

1. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Biodata bayi
Nama bayi : bayi Ny. G
Umur bayi : 5 hari
Tanggal / jam lahir : 23 januari 2010 / jam 06.00 WIB
Jenis kelamin : laki - laki

Biodata orang tua
Nama : Ny. G Nama suami : Tn. W
Umur : 37 tahun umur : 40 tahun
Suku : Minang Suku : Minang
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Alahan Panjang Alamat : Alahan Panjang



B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk Pada tanggal / jam : 28 januari 2010 jam 09.00 WIB
Pasien di data pada tanggal / jam : 28 januari 2010 jam 09.05 WIB
1. Keluhan utama :
- Ibu mengatakan bayi sering menangis dan rewel
- Ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bereaksi terhadap ransangan yang diberikan
- ibu mengatakan telapak tangan kanan bayinya terbalik kearah belakang
- ibu mengatakan tangan kanan bayinya tidak bisa menggengam dan kedua telapak tangan terkulai lemah
- Ibu mengatakan tangan kanan bayinya seperti tangan orang lumpuh
2. Riwayat kehamilan ibu
a. Kehamilan yang ke : kehamilan anak ke -5
b. Keluhan selama hamil
Trimester I : tidak ada
Trimester II : tidak ada
Trimester III : tidak ada
Saat hamil bayi ini, ibu mengatakan pembesaran perutnya lebih besar dari kehamilan kehamilan sebelumnya
c. Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan : tidak ada
Pre eklampsia : tidak ada
Eklampsia : tidak ada
Jantung : tidak ada
Asma : tidak ada
Penyakit lain : tidak ada
d. Kebiasaan waktu hamil
Konsumsi Obat-obatan/jamu : tidak ada
Merokok : tidak ada
Alergi makanan tertentu : tidak ada dan nafsu makan sangat
meningkat saat hamil
Alergi obat obat tertentu : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
e. Kunjungan ANC
Trimester I : tidak ada
Triemester II : 1 kali
Trimester III : 1 kali

3. Riwayat persalinan
a. Jenis persalinan : spontan
b. Di tolong oleh : Bidan
c. Lama persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 3 jam
Kala III : 30 menit
Kala IV : 2 jam

d. Penyulit saat lahir : saat kepala lahir, lama sekali untuk melakukan
putaran paksi luar, bidan mengalami kesulitan
saat menolong kelahiran bahu
e. Tindakan yang dilakukan bidan : bidan menarik dengan kuat lengan bayi terutama lengan kanan
f. Ketuban : pecah spontan setelah pembukaan lengkap, ± 500 cc dan baunya amis
g. Plasenta : lahir lengkap
h. Komplikasi persalinan lainnya : tidak ada

4. Riwayat kelahiran bayi
a. Berat badan : 3900 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar dada : 32 cm
d. Lingkar kepala : 34 cm
e. Apgar score : menangis kuat, kulit kemerahan pergerakan kaki aktif tetapi pergerakan tangan kanan tidak ada
f. Resusitasi : tidak dilakukan
g. Keadaan fisik : saat pemeriksaan fisik, organ tubuh lengkap,
tetapi terdapat kelainan pada lengan kanan yang tidak bergerak
h. Tindakan keluarga : belum ada, karena menurut keluarga hal tersebut
akan hilang dalam waktu 2 hari
i. Reflek saat lahir
 Reflek morro : tidak ada
 Reflek rooting : ada
 Reflek walking : tidak ada
 Reflek graph : tidak ada
 Reflek sucking : ada
 Reflek tonic neck : tidak ada

j. Komplikasi lainnya : tidak ada

5. Pola Nutrisi : bayi diberi ASI setiap kali 2 jam
6. Pola eliminasi
• BAK
Frekuensi : 7 - 8 x/hari
Warna : kuning jernih
Konsistensi : encer
Kelainan : tidak ada
• BAB
Frekuensi : 1 - 2x/hari
Warna : kuning keemasan
Konsistensi : lunak
Kelainan : tidak ada
7. Pola istirahat : bayi sering menangis sehingga jarang tidur
8. Personal hygiene : bayi dimandikan 2x sehari dan ganti popok 2x sehari

9. Riwayat penyakit keluarga
a. Asma : tidak ada
b. Jantung : tidak ada
c. Hipertensi : tidak ada
d. Ginjal : tidak ada
e. Penyakit lain : tidak ada


C. DATA OBJEKTIF
1. Tanda tanda vital
Keadaan umum : Baik
Suhu : 37, 2 C
Pernafasan : 48 x / menit
Nadi : 120 x / menit
Berat badan : 4000 gram
2. Pemeriksaan fisik
1) inspeksi
Kepala : ubun ubun agak cekung, tidak ada caput dan tidak ada cephal Hematoma
Muka : kemerahan, simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema
Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ada ikterik dan tidak ada infeksi
Telinga : Daun telinga lengkap, simetris kiri dan kanan,
Lubang telinga ada
Mulut : bibir merah, tidak ada labio palato skizis dan labio
Hidung : lubang hidung dibatasi sekat, tidak ada kelainan Pada lubang hidung dan hidung bersih
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
Dada : Bentuk simetris dan tidak ada pembengkakan
Tali pusat : terawat dan terbungkus dalam kassa steril dan tidak ada tanda - tanda infeksi
Punggung : tidak ada kelainan dan tidak ada spina bifida
Ekstremitas
 Ekstremitas atas :
- jari jari tangan lengkap
- tidak ada pembengkakan
- tidak ada sianosis di ujung ujung jari
- terlihat kebiruan di kulit lengan kanan
- telapak tangan kanan terbalik kebelakang
- pergerakan tangan kiri aktif, tangan kanan tidak aktif
- tangan kanan tidak bisa menggengam
- tangan kanan terkulai lemah dan pergerakannya tidak seaktif tangan kiri.
- Saaat lengan kanan diraba, bayi langsung menangis

 Ekstrimitas bawah :
- Jari - jari kaki lengkap
- Pergerakan kaki kanan dan kiri aktif dan tidak ada gangguan pergerakan
- tidak ada odema
- tidak ada sianosis di ujung ujung jari.

Genitalia : testis sudah turun kedalam scrotum, saluran uretra dan penis ada dan tidak ada kelainan
Anus : ada lubangnya
3. Reflek
Reflek morro : tidak ada
Reflek rooting : ada
Reflek walking : tidak ada
Reflek graph : tidak ada
Reflek sucking : ada
Reflek tonic neck : tidak ada

2) Auskultasi :
- bunyi jantung normal dan teratur
- terdengar bising usus di abdomen kiri